Berbagi Pengetahuan

Selasa, 26 Februari 2013

Jika Ustadz Jadi Wasit

Jika ustadz jadi wasit
Jika ustadz jadi wasit, maka sebelum pertandingan, sang ustadz memberikan kultum (kuliah terserah antum, bukan kuliah tujuh menit) di hadapan para pemain dan para suporter kedua kesebelasan.

Wasit : “Saudara, semoga Allah senantiasa menjaga kalian. Izinkan sejenak saya sebagai wasit memberikan sedikit wejangan kepada kalian. Dekatkanlah selalu diri kalian kepada Allah Yang Maha Tinggi. Jagalah lisan kalian dari saling mencela, suporter mencela suporter, suporter mencela pemain, pemain mencela pemain, pemain mencela wasit. Karena siapa yang mampu menjaga lisannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjamin surga baginya. Subhanallah! Bukankah surga adalah cita-cita kita bersama?”
*Para pemain dan para penonton mengangguk takzim.

Jika ustadz jadi wasit, maka ketika seseorang hendak menyogoknya.

Wasit : “Bertakwalah engkau, wahai hamba Allah! Tidakkah engkau tahu bahwa Rasulullah melaknat orang yang menyuap dan disuap?!”
Fulan : “Bukankah ini suatu perbuatan tolong menolong?”
Wasit : “Dengarkan! Allah Ta’ala telah berfirman yang artinya, “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [QS. Al-Maidah: 2]

Jika ustadz jadi wasit, maka ketika seorang pemain marah-marah karena gagal mencetak gol.

Wasit : “Janganlah engkau marah karena marah adalah batu berapi yang dilemparkan setan ke dalam hati manusia. Orang yang kuat bukanlah dia yang mampu mengalahkan musuh. Namun orang yang kuat adalah dia yang mampu menahan marah ketika dia bisa melampiaskannya. Jika engkau marah, maka berta’awwudz-lah (mengucapkan: ‘Audzubillahi minasy syaithanir rajiim). Dan jika suatu hal yang tidak engkau sukai menimpamu, maka katakanlah, “Qoddarullahu wama sya-a fa-’al (artinya: Allah sudah mentakdirkan segala sesuatu dan Dia berbuat menurut apa yang Dia kehendaki).”
Pemain : “A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim (artinya: Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).Terima kasih, wasit. Sekarang hatiku lebih tenang dan siap untuk mencetak gol!”

Jika ustadz jadi wasit, maka ketika seorang pemain hendak minum.

Wasit : “Sebutlah nama Allah untuk meminta keberkahan kepada-Nya. Minumlah dengan tangan kanan karena setan minum dengan tangan kiri. Janganlah boros, karena orang yang boros adalah saudara setan. Hendaklah kamu minum dalam keadaan duduk dan pujilah Allah atas nikmat yang telah Dia berikan untukmu.”
Pemain : “Bismillah. Gluk... gluk... Alhamdulillah. Thanks, sit. Sekarang dahaga gue udah hilang.Gue akan bermain lebih semangat lagi.”

Jika ustadz jadi wasit, maka ketika dua orang pemain bersitegang dan terlibat adu mulut.

Wasit : “Tenang, tenang. Janganlah berkelahi. Bukankah mukmin itu bersaudara? Sudah selayaknya bagi seorang muslim jika melakukan suatu kesalahan kepada saudaranya untuk meminta maaf. Dan hendaknya seorang muslim memaafkan kesalahan saudaranya.”
Pemain A : “Maafkan saya, kawan. Saya tadi tidak sengaja menyikutmu.”
Pemain B : “Ia, maafkan saya juga. Saya terbawa emosi sehingga saya menghardikmu.”
*Bejabat tangan lalu berpelukan
Wasit : “Indah, bukan? Jika suatu ikatan dilandasi syari’at Islam yang begitu mulia.”
Selengkapnya »»  

Senin, 25 Februari 2013

Berharap yang Terbaik

Berharap yang terbaik kepada Allah
Nabi NUH belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat kapal besar & ditertawai kaumnya.

Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.

Nabi MUSA belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.

Yang mereka tahu hanya menjalankan perintah Allah dan berharap yang terbaik.
Selengkapnya »»  

Selasa, 20 November 2012

Pentingnya Membaca Ulang


membaca ulang
Salah satu tahap yang menurut saya sangat penting saat menerjemahkan adalah memeriksa hasil terjemahan atau membaca ulang. Ada yang memilih membaca ulang setiap selesai satu bab atau bahkan sebanyak target yang dicapai hari itu. Saya sendiri lebih suka membaca ulang setelah selesai satu buku. Untuk hasil terjemahan setebal 600-an halaman, saya butuh waktu kira-kira satu minggu untuk membaca ulang. Mungkin terasa membuang waktu, karena kita pasti kepinginnya cepat-cepat ngumpulin kerjaan dan dapat honor. Tapi demi kewarasan dan kebahagiaan editor, tidak ada salahnya meluangkan waktu sedikit lebih lama demi hasil terjemahan yang nyaman.

Mengapa tahap ini penting?  Karena saat membaca ulang, kadang kita baru menyadari hal-hal ‘aneh’ yang sebelumnya luput dari radar. Misalnya kata ‘mengangguk’ yang tidak sengaja kita ketik jadi ‘mengaduk’. Itu baru contoh sederhana. Waktu saya mulai belajar jadi editor, baru terasa betapa gemasnya ketika menemukan naskah terjemahan yang bolong satu paragraf, satu halaman, bahkan satu bab! Memang sudah tugas editor untuk mempercantik naskah, termasuk menambal bolong-bolong yang ditinggalkan penerjemah, tapi kan bikin pingin garuk-garuk tanah juga. Dan hal ini bisa dihindari jika penerjemah mau meluangkan waktu untuk membaca ulang sebelum menyerahkan terjemahan kepada editor.

Jadi, jangan malas untuk membaca ulang hasil terjemahan, termasuk memperbaiki ejaan-ejaan yang tidak sesuai dengan KBBI atau tata bahasa yang agak melenceng. Seperti menuju ke, naik ke atas, masuk ke dalam…kesalahan-kesalahan mendasar yang seharusnya tidak perlu terjadi. Lumayan meringankan tugas editor lho. Sesenior-seniornya penerjemah, yang namanya belajar atau meng-update ilmu tentu tidak boleh berhenti bukan? Apalagi saya yang masih pemula.

Selamat membaca ulang ^_^


(sumber : http://bruziati.wordpress.com/2012/05/30/pentingnya-membaca-ulang/)
Selengkapnya »»  

Tips Menerjemahkan Naskah Asing

menerjemahkan artikel
Menerjemahkan artikel dari bahasa asing ke bahasa Indonesia sesungguhnya adalah pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi bila tulisan yang kita terjemahkan tersebut bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Berikut ini ada sedikit tips bagi teman-teman yang ingin mencoba menerjemahkan tulisan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia yang bisa kita singkat dalam sebuah ungkapan:

“Lima Pandai, Mudah Maknanya”


1. LIMA - Lihat Manfaatnya


Ini yang pertama dan utama. Lihat dulu tulisan yang akan diterjemahkan itu bermanfaat, tidak bermanfaat, atau malah membahayakan diri kita atau orang lain. Ini penting karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala di akhirat.

Kalau tulisan yang kita terjemahkan adalah tulisan yang positif, kemudian dibaca dan bermanfaat bagi banyak orang, maka kita pun akan dibalas dengan kebaikan. Kalau tulisan itu dapat membahayakan orang lain -misalnya dapat menyeret mereka kepada perilaku menyimpang- maka tinggalkanlah.

Bila Anda seorang penerjemah yang dibayar oleh pihak tertentu, jangan pernah berpikir “Saya adalah penerjemah profesional yang dibayar untuk menerjemahkan apa saja.” Jadilah seorang penerjemah yang idealis, karena kalau ada orang yang berperilaku menyimpang gara-gara Anda, maka Anda berdosa karena telah ikut serta menjerumuskan mereka.

‘Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan, jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”

Dan yang kalau naskah anda terjemahkan tidak ada manfaatnya sama sekali, maka tinggalkan saja. Waktu kita di dunia sangat berharga, jangan digunakan untuk perkara yang sia-sia.


2. PANDAI - Pahami Global dan Tandai Kata-kata yang Sulit


Memahami naskah secara global sangat penting dalam menerjemahkan. Dari sini kita bisa tahu alur naskah dan apa pesan inti yang ingin disampaikan penulis. Lebih dari itu, dengan memahami alur global sebuah naskah, kita bisa melakukan partisi naskah (lihat point ketiga) sehingga menerjemahkan menjadi lebih mudah.

Setelah memahami naskah secara global, tandai kata-kata yang sulit dalam naskah, kemudian catat dalam sebuah buku, lalu cari artinya di kamus atau referensi lainnya. Bisa saja coret-coretan ini anda lakukan di naskah asli, tapi kalau saya sendiri sayang sama buku aslinya kalau harus dicoret-coret.


3. MUDAH - Terjemahkan Mulai Bagian yang Termudah


Kerja menerjemahkan adalah kerja dengan tingkat kebosanan yang sangat tinggi. Rekan-rekan yang sudah lama berkecimpung di dunia ini pasti tahu rasanya. Apalagi naskah yang diterjemahkan cukup panjang. Oleh karena itu kerjakanlah mulai dari bagian yang termudah, kemudian agak sulit sedikit, lalu yang terakhir yang benar-benar sulit. Dengan demikian kita akan semakin terpacu untuk menyelesaikan terjemahan. Apabila bagian yang sulit kita kerjakan terlebih dahulu, kebosanan akan lebih mudah menyerang kita.


4. MAKNANYA – Ingat bahwa Terjemahan adalah Transfer Makna bukan Transfer Tata Bahasa


Ini yang sering kali dilupakan oleh para penerjemah, terutama penerjemah naskah dari Bahasa Arab. Menerjemahkan adalah pekerjaan mentransfer informasi dari bahasa asing ke bahasa kita, bukan sekedar mengganti kata asing ke kata dalam bahasa Indonesia. Seringkali kita dapatkan ketidaknyamanan ketika membaca naskah terjemahan karena si penerjemah masih mengadopsi gaya bahasa asing dari naskah yang dia terjemahkan.

Sebagai contoh, di dalam bahasa Arab pola yang dipergunakan adalah kata kerja – subyek, berbeda dengan bahasa Indonesia yang mendahulukan subyek daripada kata kerjanya. Kalimat dalam bahasa Arab “Qoola Rasulullah” akan lebih nyaman di telinga kita bila diartikan “Rasulullah bersabda” daripada “Bersabda Rasulullah”.



Ini beberapa tips yang mungkin bisa menambah khazanah kita dalam menerjemahkan naskah-naskah asing. Mungkin masih banyak lagi kiat-kiat yang dapat mempermudah pekerjaan menerjemah yang bisa kita bahas di lain waktu.

Sebagai penutup, satu hal yang harus diingat oleh rekan-rekan penerjemah, pekerjaan menerjemahkan adalah pekerjaan mulia. Kalimat ini harus sering diulang untuk memotivasi diri kita. Karena tidak semua orang bisa berbahasa asing dengan baik, maka di sinilah peran penerjemah untuk mentransfer ilmu yang bermanfaat dengan amanah dan nyaman untuk dipahami.

Jadi, teruslah berkarya dengan menerjemahkan ilmu, semoga saudara-saudara kita yang lain bisa mengambil manfaat dari karya-karya terjemahan kita. Jangan lupa langkahnya:

“Lima Pandai Mudah Maknanya”

Selamat Berkarya!


(sumber : http://bahasa.kompasiana.com/2011/06/14/tips-menerjemahkan-naskah-asing/)
Selengkapnya »»  

Kamis, 15 November 2012

Pemecah Batu

pemecah batu
Ada seorang pemecah batu yang melihat seorang kaya. Iri dengan kekayaan orang itu, tiba-tiba ia berubah menjadi orang kaya.

Ketika ia sedang bepergian dengan keretanya, ia harus memberi jalan kepada seorang pejabat. Iri dengan status pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi seorang pejabat.


Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan panas terik matahari. Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia berubah menjadi matahari.


Ketika ia sedang bersinar terang, sebuah awan hitam menyelimutinya. Iri dengan selubung awan, tiba-tiba ia berubah menjadi awan.


Ketika ia sedang berarak di langit, angin menyapunya. Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia berubah menjadi angin.


Ketika ia sedang berhembus, ia tak kuasa menembus gunung. Iri dengan kegagahan gunung, tiba-tiba ia berubah menjadi gunung.


Ketika ia menjadi gunung, ia melihat ada orang yang memecahnya. Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun sebagai pemecah batu.


Ternyata itu semua hanya mimpi si pemecah batu.


Karena kita semua saling terkait dan saling tergantung, tidak ada yang betul-betul lebih tinggi atau lebih rendah. Kehidupan ini baik-baik saja... sampai kita mulai membanding-bandingkan.


Kebahagiaan sejati tidaklah terkondisi oleh apa pun.



(sumber: http://nomor1.com/evanok484/pemecah-batu.htm)

Selengkapnya »»