Segala
hal yang terjadi di muka bumi ini, termasuk yang terjadi dari hasil buah karya
manusia (baik itu karya berfikir, karya hati, maupun karya perilaku), tentu
dapat terjadi karena Allah SWT mengizinkannya terjadi. Entah hal itu baik atau
positif maupun buruk atau negatif. Namun dari semua hal yang diizinkan terjadi
itu, belum tentu Allah SWT meridhoinya terjadi. Keridhoan Allah SWT ini
berhubungan dengan suka tidak sukanya Allah SWT terhadap apa yang terjadi itu.
Sebagai yang Maha Baik tentu hanya hal yang baiklah yang disuka oleh-Nya. Allah
SWT tentu akan ridho pada perilaku atau perbuatan baik (amal ma'ruf) manusia.
Dan keridhoan-Nya pada perilaku manusia itupun kemudian yang menjadi faktor
dirihoi oleh-Nya pula manusia mendapat kebaikan hidup di dunia maupun akhirat.
Yupz, tentu yang lebih baik adalah diridhoi daripada sekedar diizinkan bukan?
Saya
jabarkan sedikit tentang segala karya manusia : Ketika manusia berpikir (karya
fikir), tentu apa yang dipikirkannya itu ada adalah atas izin-Nya. Ketika
pikiran itu buruk (prasangka buruk, pemikiran picik, dsb) maka Allah SWT tentu
hanya sekedar mengizinkan pikiran itu bebas ada di dalam pikiran manusia, namun
Sang Maha Baik itu tentu tidak ridho ada keburukan terjadi, termasuk yang
terjadi di pikiran manusia. Begitupun segala hal yang terjadi di dalam hati
(karya hati) manusia, Dia izinkan semua pilihan perasaan ada dalam hati
manusia, juga diizinkan segala niat, kepercayaan atau iman bernaung di hati
manusia, namun belum tentu dirihoi-Nya. Dan ketidakridhoan-Nya tentu akan ada
saat manusia mencintai nafsu, mencintai hal yang dibenci dan dilarang oleh
Allah SWT, atau memiliki niat yang tidak baik, atau beriman pada yang selain
dari Allah SWT, dll. Segala perbuatan (karya perilaku) manusia pun akan terjadi
dan bisa terlakukan karena izin-Nya, namun tidak semua mendapat ridho-Nya. Dan
dari semua hal di atas pun tentu tetap yang lebih baik adalah diridhoi daripada
sekedar diizinkan bukan?
Selain
apa yang terjadi dari karya manusia, segala yang ada di muka bumi ini pun ada
karena izin-Nya. Seperti manusia dalam kehidupannya di dunia yang diizinkan
oleh Allah SWT mendapatkan banyak hal. Hal yang didapatkan manusia itu ada yang
baik dan ada juga yang buruk. Yang manusia dapat itu bisa rizqi (baik rizqi
harta, ilmu, kesehatan, dll), bisa juga segala hal yang indah, bagus, nyaman,
atau masalah, kesedihan, musibah, kehilangan (baik harta, nyawa orang terkasih,
ketenangan hidup, hak asasi, dll). Dan penilaian baik atau buruknya tentu tidak
bisa sekedar dipandang dari kaca mata manusia, karena yang baik menurut manusia
belum tentu baik bagi Allah SWT, begitupun yang buruk dan sebaliknya. Namun
yang pasti semuanya itu dapat ada dan sampai pada manusia atas izin-Nya, dan
belum tentu diridhoi-Nya.
Misalnya
ketika manusia diberikan musibah, tentu itu adalah sebuah keburukan menurut
manusia. Dan Allah mengizinkan terjadi sebuah musibah bukan Dia ridho hamba-Nya
menderita dalam musibah, tetapi mungkin ada nilai hikmah yang baik dari musibah
itu untuk manusia, karena kemahakasih-Nya yang tiada mungkin menganiaya
hamba-Nya. Dan kemudian ketika manusia itu tetap dalam ketaqwaan dan keimanan
ketika mendapat musibah, keridhoan Illahi untuk menggantikan yang lebih baik
kemudian adalah yang paling baik bukan.
Begitupun
ketika manusia mendapatkan rizqi (apapun bentuknya, misalnya harta atau rizqi
pujian, atau rizqi mendapatkan kedudukan yang baik di masyarakat, atau dianggap
baik perilakunya oleh masyarakat, dll). Allah SWT tentu mengizinkan terjadi,
namun belum tentu merihoinya terjadi, apalagi jika di dalam rizqi itu ada hal
buruk, yang ternyata tidak baik tapi dianggap baik karena berbagai alasan
manusia, atau yang melanggar hukum, melanggar ketentuan Allah, menganggu hak
asasi manusia, dsb. Dan keburukan bagi Allah SWT yang diizinkan-Nya terjadi
tentu hanya akan membuat manusia pada akhirnya mendapatkan keburukan yang
setimpal dengan yang diperbuatnya, walau menurut manusia sebelumnya ia mendapat
kebaikan yang ternyata buruk di akhirnya. Maka kerihoan Allah SWT pun begitu
penting bagi manusia, terutama keridhoan-Nya agar manusia mendapatkan hal yang
benar-benar baik di mata-Nya, di dunia dan akhirat. Sekali lagi dapat dikatakan
bahwa yang lebih baik adalah diridhoi daripada sekedar diizinkan bukan?
Keridhoan
Allah SWT tentu pada kebaikan, untuk kebaikan, dan hanya kebaikan. Manusia
hanya perlu cermin diri untuk meraba ridho-Nya, yang tentunya cermin itu harus
disandingkan dengan segala kebaikan ajaran agama, kebaikan akhlak, keimanan dan
ketaqwaan pada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar